LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI TERAPAN
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Terapan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa atas kelimpahan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar, meskipun masih banyak kekurangan dalam laporan yang kami buat ini.
Kami membuat laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Biologi terapan, sekaligus untuk kami memperdalam ilmu Biologi Terapan khususnya dibidang pertanian, khususnya dalam praktikum pembuatan pupuk kompos yang kami lakukan.
Isi laporan ini menyangkut tentang proses pembuatan kompos, sesuai dengan apa yang di tugaskan kepada kami, kami harap dengan membaca laporan yang kami buat ini, dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Dan kami sadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Serang , 1 Januari 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak positifnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut dengan teknik komposter tanpa penambahan aktivator pengomposan, disamping terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambahan aktivator pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Meskipun dalam metode ini tidak ditambahkan aktivator pengomposan,namun ke dalamnya ditambahkan organik agen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi memacu pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos.
Dalam melakukan teknik penomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen relatif singkat dan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan Nitrogen yang ideal.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah:
Sebagai gambaran untuk melakkukan kegiatan komposting sampah organik domestik sehingga mampu menciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Pembuatan kegiatan ini adalah:
1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang dihasilkan terutama dari aktivitas manusia;
2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat;
3. Meningkatkan efisiensi produksi padi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada
4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah bagi masyarakat maupun pemerintah;
5. Tercipta lapanngan kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos dan Pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
2.2 Manfaat Pengomposan
Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya:
a. manfaat ekonomi
- Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan sampah yang diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat memperpanjang TPA karena semakin sedikit sampah yang dikelola.
- Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah karena produk tersebut memilik nilai jual.
b. manfaat terhadap lingkungan
- manfaat estetika. Adanya pengomposan, berarti adanya pengurangan terhadap sampah jenis organik yang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan bau.Dengan demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga.
- Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:
· Menyuburkan tanah dan tanaman
· Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
· Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
· Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
· Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
· Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
· Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman
· Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah
- Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan.
- Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan sebagai media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan dapat dicegah.
c. Manfaat kesehatan
Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC, sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah.
d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan
Pengomposan dapat meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2.3 Prinsip Pengomposan
Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et al.1993).
Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan
meliputi:
a. Kebutuhan Nutrisi
Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan elemen-elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu, untukmemacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien organik yang tidak dapat disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien organik tersebut antara lain asam amino, purin/pirimidin, dan vitamin.
b. Mikroorganisme
Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada struktur dan fungsi sel, yaitu:
1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel tunggal, antara lain: ganggang, jamur, protozoa.
2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri. Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)kelompok, yaitu :
a. Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.
b. Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;
c. Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok I. Kondisi Lingkungan Ideal Efektivitas proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada mikroorganisme pengurai.
Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup :
1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).
Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang terbentuk tersebut.
Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :
§ pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.
§ pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat menyebabkan kematian jasad renik.
3. Suhu (Temperatur)
Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperature dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.
a) Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45 C akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 - 65 C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk : a) mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vector penyakit seperti lalat;
b) mematikan bibit gulma. Tabel 1 menunjukkan suhu dan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan beberapa organisme patogen dan parasit. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun mendekati tingkat ambien.
4. Ukuran Partikel Sampah
Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.
5. Kelembaban Udara
Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga prosespengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya habitat yang ada.
6. Homogenitas Campuran Sampah
Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos perlu dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam.
2.5 Jenis dan Cara Membuat Kompos
Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik Sampah organik pasar atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan beberapa metode, diantaranya :
A. Metode Konvensional
Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos ditimbun dan ditutup dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan pula karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik. Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di bawah ini :
1. Alat-alat yang dibutuhkan Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air, ember untuk menyiram, plastik penutup, tali, sekop garpu/cangkul, dan cetakan kompos (jika diperlukan). Plastik penutup dapat menggunakan plastik mulsa yang berwarna hitam. Belah plastik tersebut sehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan. Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu. Cetakan ini terdiri dari 4 bagian terpisah, dua bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m.
2. Bahan
a. Sampah organik domestik
Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga dan sampah taman. Sampah tersebut harus dipisahkan dari sampah plastik, logam, kaca, dll. Sebaiknya sampah organik tersebut adalah campuran antara sampah yang memiliki kandungan C dengan kandungan N.
b. Aktivator Pengomposan
Aktivator yang digunakan adalah PROMI. Jika aktivator pengomposan sulit diperoleh dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses pengomposan.
c. Air
3. Lokasi Pengomposan
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan.
4. Tahapan Pengomposan
a. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah.
b. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi) dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan.
c. Pemasangan cetakan. d. Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. Tinggi lapisan kurang lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan.
e. Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan. Setelah cetakan penuh, buka cetakan dan tutup tumpukan kulit buah kakao dengan plastik.
B. Metode komposter
Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan. 60%- 70% sampah yang dihasilkan adalah sampah organik/sampah basah (sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun, sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar dll). Salah satu solusi yang cukup tapat untuk menangani masalah sampah organik adalah dengan menjadikannya kompos melalui suatu alat yang disebut komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter adalah proses penguraian sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec mikroba pengurai dan Organik Agent (bahan mineral organik). Cara penggunaan komposter :
- sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm)
- campur sampah organik dengan Organik Agent (bahan mineral organik :serbuk gergaji, dedak, abu dll)
- Siram/cipratkan larutan Sy-Dec mikroba pengurai pada bahan sampah organik sampai membasahi semua bahan dan menjadi lembab.
- Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter Proses komposting yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat dicapai dalam 2-3 hari.
- Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10 hari(tergantung dari bahan baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-tusuk media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan dengan baik.
- keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang ada dibagian bawah komposter. Simpan ditempat teduh agar kena angin,kompos akan menjadi kering dan gembur
- Kompos siap digunakan
Anehnya, doos dalam keranjang ini lama tidak penuhnya, sebab bahanbahan dalam doos tadi mengempis. Terkadang kompos ini beraroma jeruk, bila kita banyak memasukkan kulit jeruk. Bila kompos sudah berwarna coklat kehitaman dan suhu sama dengan suhu kamar, maka kompos sudah dapat dimanfaatkan.
Catatan: khusus untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar bekas sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi, maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan.
Metode pembuatan kompos dengan Reaktor Kompos (Komposter) sederhana Sebenarnya reaktor ini bisa dibuat dari apa saja. Salah satu contohnya adalah terbuat dari drum PVC. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus. Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S.
Contoh cara pembuatan kompos dengan komposter adalah sebagai berikut :
- Siapkan wadah ember plastik bekas atau drum. Dasarnya dilubangi untuk tempat keluarnya air,dapat pula dibuat lubang dalam tanah.
- Isi wadah/lubang dengan pasir. Di atas pasir ditaburi sampah organik atau sampah basah (sayuran, buah, dedaunan) dari dapur/kebun.
- Tambahkan pada lapisan berikutnya kotoran ayam, kambing, burung dan lainnya.
- Taburkan kapur pertanian/dolomit dan atau abu gosok di atasnya. Kemudian lapisan berikutnya di taburi tanah secukupnya.
- Ulangi tahapan ini selapis demi selapis sampai wadah/lubang penuh dan lapisan paling atas ditutup tanah untuk menahan bau.
- Biarkan tumpukan tersebut selama 1-1,5 bulan dan jaga wadah/lubang tersebut agar tetap lembab. Proses pembuatan kompos sederhana tersebut telah selesai bila bahan-bahan dalam lapisan telah menyusut sekitar 50 %.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
a. Waktu
Waktu Pelaksanaan Kegiataan dilaksanakan, pada:
Hari : jum’at
Tanggal : 9 Desember 2011
b. Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan di lingkungan sapiah panancangan serang.
3.2. Alat dan bahan :
A. Alat
Ø golok/ alat pemotong lain
Ø sekop
Ø sarung tangan
Ø ayakan/penyaring dari kawat
Ø plastik kemasan
Ø karung
Ø kawat.
B. Bahan
Ø sampah taman (dedaunan coklat) - sampah hijau (sayuran), buah-buahan yang busuk.
Ø starter ( serbuk gergaji campuran kotoran kambing dengan tanah dan larutan Em4)
Ø air
3.2. Cara Kerja
Ø Memilih sampah dahulu yang akan dijadikan sebagai bahan pengomposan, sampah dedaunan serta sampah hijauan dan buah-buahan busuk (sampah domestik)
Ø Mencacah sampah dengan golok hingga berukuran 1,5 cm x1,5 cm
Ø Menambahkan serbuk gergaji, lalu aduk-aduk hingga tercampur merata.
belum lengkap laporannya ?
BalasHapusKnpa laporannya tidak lengkap?
BalasHapus